Kencing Manis: Mengapa Kita Harus Peduli dan Bagaimana Mencegahnya?

Pendahuluan
Penyakit kencing manis, atau diabetes mellitus, adalah salah satu penyakit metabolik kronis yang paling banyak ditemukan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Diabetes ditandai dengan meningkatnya kadar gula (glukosa) dalam darah akibat gangguan produksi atau penggunaan insulin. Kondisi ini tidak hanya menyebabkan berbagai masalah kesehatan, tetapi juga berkontribusi terhadap komplikasi serius yang mempengaruhi kualitas hidup penderitanya.
Artikel ini akan membahas secara rinci tentang definisi diabetes, epidemiologi di Indonesia, tipe-tipe diabetes, penyebabnya, gejala, komplikasi yang dapat timbul sebagai akibat dari penyakit ini, serta penanganannya baik secara non farmakologis maupun farmakologis.
Definisi Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus, atau lebih dikenal di Indonesia sebagai kencing manis, adalah kelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia kronis (kadar gula darah tinggi) akibat gangguan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya. Insulin adalah hormon yang diproduksi oleh pankreas dan berfungsi untuk mengatur kadar gula dalam darah. Pada penderita diabetes, tubuh tidak mampu memanfaatkan glukosa secara efektif, sehingga glukosa terakumulasi dalam darah dan menyebabkan berbagai gangguan metabolik.
Terdapat dua jenis utama diabetes mellitus:
1. Diabetes Mellitus Tipe 1 (DMT1): Ditandai dengan kegagalan produksi insulin oleh pankreas akibat kerusakan sel beta.
2. Diabetes Mellitus Tipe 2 (DMT2): Kondisi di mana tubuh tidak mampu menggunakan insulin secara efektif (resistensi insulin) atau produksi insulin yang tidak mencukupi.
Epidemiologi Diabetes di Indonesia
Diabetes merupakan masalah kesehatan utama di Indonesia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi diabetes mellitus pada penduduk berusia 15 tahun ke atas mencapai 10,9%. Prevalensi ini terus meningkat dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Faktor gaya hidup modern seperti pola makan tidak sehat, kurang aktivitas fisik, dan obesitas menjadi pemicu utama peningkatan kasus diabetes tipe 2 di Indonesia.
Sebagian besar kasus diabetes di Indonesia adalah diabetes tipe 2, yang dipengaruhi oleh gaya hidup dan faktor genetik. Sementara itu, diabetes tipe 1 lebih jarang ditemukan dan umumnya muncul pada usia anak-anak atau remaja. Urbanisasi yang cepat, perubahan gaya hidup, dan konsumsi makanan tinggi kalori serta kurangnya olahraga fisik turut meningkatkan risiko diabetes di Indonesia.
Tipe Diabetes Mellitus
1. Diabetes Mellitus Tipe 1 (DMT1): Merupakan jenis diabetes autoimun di mana sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang dan menghancurkan sel beta pankreas yang bertanggung jawab untuk memproduksi insulin. Kondisi ini menyebabkan kekurangan insulin absolut. DMT1 biasanya didiagnosis pada usia muda (di bawah 30 tahun) dan membutuhkan terapi insulin sepanjang hidup.
2. Diabetes Mellitus Tipe 2 (DMT2): Merupakan bentuk diabetes yang paling umum. Pada DMT2, tubuh tidak dapat menggunakan insulin dengan efektif (resistensi insulin) atau pankreas tidak menghasilkan insulin yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Faktor risiko utama DMT2 meliputi obesitas, usia tua, riwayat keluarga dengan diabetes, serta gaya hidup tidak sehat.
3. Diabetes Gestasional: Merupakan diabetes yang terjadi selama kehamilan dan biasanya sembuh setelah melahirkan. Namun, wanita dengan diabetes gestasional berisiko lebih tinggi mengalami diabetes tipe 2 di kemudian hari.

Penyebab Diabetes Mellitus Tipe 1 dan Tipe 2
Diabetes Mellitus Tipe 1
– Faktor Genetik: Ada kecenderungan genetik pada orang dengan riwayat keluarga yang menderita diabetes tipe 1, meskipun faktor ini tidak sekuat pada diabetes tipe 2.
– Autoimun: Sistem kekebalan tubuh menyerang sel beta pankreas yang menghasilkan insulin, sehingga produksi insulin berkurang atau bahkan tidak ada sama sekali.
– Faktor Lingkungan: Infeksi virus tertentu atau paparan lingkungan tertentu mungkin berperan dalam memicu respons autoimun yang menyebabkan diabetes tipe 1.
Diabetes Mellitus Tipe 2
– Obesitas: Kegemukan, terutama penumpukan lemak di sekitar perut, sangat terkait dengan resistensi insulin, di mana tubuh tidak dapat menggunakan insulin dengan baik.
– Kurang Aktivitas Fisik: Gaya hidup sedentari meningkatkan risiko resistensi insulin dan kenaikan berat badan.
– Faktor Genetik: Riwayat keluarga dengan diabetes tipe 2 meningkatkan risiko seseorang untuk terkena diabetes.
– Pola Makan Tidak Sehat: Konsumsi makanan tinggi gula, karbohidrat olahan, dan lemak jenuh dapat mempercepat perkembangan resistensi insulin.
Gejala dan Tanda Diabetes Mellitus
Gejala diabetes dapat muncul secara perlahan, terutama pada diabetes tipe 2. Beberapa gejala yang umum terjadi antara lain:
1. Poliuria: Peningkatan frekuensi buang air kecil, terutama pada malam hari, akibat kelebihan glukosa yang diekskresikan melalui urine.
2. Polidipsia: Peningkatan rasa haus yang berlebihan, karena tubuh berusaha menggantikan cairan yang hilang akibat poliuria.
3. Polifagia: Rasa lapar yang meningkat, meskipun telah makan banyak, karena tubuh tidak dapat menggunakan glukosa sebagai sumber energi.
4. Penurunan Berat Badan: Terutama pada diabetes tipe 1, karena tubuh tidak mampu menyimpan lemak dan otot sebagai cadangan energi.
5. Kelelahan: Kekurangan energi karena sel-sel tubuh tidak mendapatkan cukup glukosa.
6. Pandangan Kabur: Glukosa yang tinggi dalam darah dapat menyebabkan perubahan pada lensa mata, sehingga pandangan menjadi kabur.
7. Infeksi Berulang: Penderita diabetes lebih rentan terhadap infeksi, terutama pada kulit dan saluran kemih.
8. Keputihan pada wanita
Akibat Diabetes Mellitus
Jika tidak dikelola dengan baik, diabetes dapat menyebabkan berbagai akibat serius, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Beberapa di antaranya:
1. Hiperglikemia: Kadar gula darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan organ-organ penting seperti ginjal, mata, dan saraf.
2. Hipoglikemia: Pada pasien yang menjalani terapi insulin atau obat penurun gula darah, kadar gula darah bisa turun terlalu rendah, yang berbahaya dan bisa menyebabkan koma jika tidak segera diatasi.
3. Ketoasidosis Diabetik: Terutama pada diabetes tipe 1, kondisi ini terjadi ketika tubuh menggunakan lemak sebagai sumber energi karena kekurangan insulin, yang menghasilkan keton berbahaya dalam darah.
Komplikasi Diabetes Mellitus
Diabetes yang tidak terkontrol dapat menyebabkan berbagai komplikasi serius, termasuk:
1. Komplikasi Kardiovaskular
Penderita diabetes berisiko tinggi mengalami penyakit jantung koroner, serangan jantung, dan stroke. Kadar gula darah yang tinggi dalam jangka panjang merusak pembuluh darah, meningkatkan risiko aterosklerosis (pengerasan arteri).
2. Retinopati Diabetik
Kerusakan pembuluh darah di retina akibat gula darah tinggi dapat menyebabkan kebutaan. Retinopati diabetik adalah salah satu penyebab utama kebutaan di seluruh dunia.
3. Nefropati Diabetik
Ginjal juga rentan terhadap kerusakan akibat hiperglikemia. Nefropati diabetik dapat menyebabkan gagal ginjal kronis, yang memerlukan dialisis atau transplantasi ginjal.
4. Neuropati Diabetik
Kerusakan saraf akibat diabetes dapat menyebabkan rasa kesemutan, mati rasa, atau nyeri pada kaki dan tangan. Pada kasus yang parah, neuropati dapat menyebabkan ulkus diabetik dan amputasi.
5. Ulkus Diabetik dan Gangren
Luka pada kaki atau ulkus diabetik lebih sulit sembuh pada penderita diabetes karena sirkulasi darah yang buruk dan kerusakan saraf. Jika tidak ditangani, ulkus bisa menjadi infeksi serius dan berakhir dengan amputasi.
Pencegahan Komplikasi Diabetes Mellitus (DM)
Komplikasi diabetes mellitus (DM) dapat dicegah atau diperlambat perkembangannya melalui pengelolaan yang baik terhadap penyakit ini. Berikut adalah beberapa langkah penting dalam pencegahan komplikasi DM:
1. Mengendalikan Gula Darah
Pengendalian gula darah merupakan langkah utama dalam mencegah komplikasi DM. Hal ini dapat dicapai melalui:
– Diet yang Seimbang: Mengonsumsi makanan yang rendah gula sederhana, tinggi serat, dan kaya nutrisi dapat membantu menjaga kadar gula darah tetap stabil. Karbohidrat kompleks seperti gandum, sayuran, dan buah-buahan harus menjadi bagian penting dari pola makan.
– Olahraga Teratur: Aktivitas fisik seperti berjalan kaki, berenang, atau bersepeda setidaknya 30 menit sehari, 5 hari dalam seminggu, dapat membantu tubuh menggunakan insulin lebih efektif dan mengontrol gula darah.
– Pemantauan Gula Darah: Memantau kadar gula darah secara rutin penting untuk mengetahui apakah gula darah berada dalam rentang yang dianjurkan. Pemantauan ini harus dilakukan sesuai dengan petunjuk dokter.
– Penggunaan Obat atau Insulin: Bagi pasien yang memerlukan, patuhi pengobatan yang diberikan oleh dokter, termasuk penggunaan insulin atau obat penurun gula darah. Pastikan untuk minum obat sesuai dosis dan jadwal yang direkomendasikan.
2. Pengelolaan Tekanan Darah dan Kolesterol
Selain kadar gula darah, tekanan darah dan kadar kolesterol yang tinggi juga berkontribusi pada komplikasi kardiovaskular seperti penyakit jantung dan stroke. Pengendalian tekanan darah dan kolesterol dapat dilakukan dengan:
– Mengonsumsi makanan rendah garam dan lemak jenuh.
– Rutin berolahraga untuk menurunkan tekanan darah dan meningkatkan kolesterol HDL (kolesterol baik).
– Menggunakan obat penurun tekanan darah dan kolesterol jika diperlukan, sesuai anjuran dokter.
3. Pemeriksaan Kesehatan Berkala
Pemeriksaan kesehatan rutin sangat penting untuk mendeteksi tanda-tanda awal komplikasi sehingga dapat diambil langkah pencegahan lebih lanjut. Pemeriksaan yang disarankan meliputi:
– Pemeriksaan Mata: Untuk mendeteksi retinopati diabetik, yang bisa menyebabkan kebutaan jika tidak ditangani. Lakukan pemeriksaan mata setidaknya satu kali setahun.
– Pemeriksaan Fungsi Ginjal: Pemeriksaan urine dan darah untuk memantau fungsi ginjal (misalnya pemeriksaan albuminuria dan kreatinin darah) harus dilakukan secara berkala untuk mencegah nefropati diabetik.
– Pemeriksaan Saraf dan Kaki: Deteksi dini neuropati diabetik dilakukan dengan pemeriksaan kaki secara rutin. Perawatan kaki yang baik juga penting untuk mencegah ulkus diabetik, yang bisa berujung pada amputasi jika terinfeksi.
4. Menjaga Berat Badan Ideal
Menurunkan berat badan pada pasien dengan diabetes tipe 2 yang memiliki berat badan berlebih atau obesitas dapat membantu meningkatkan sensitivitas insulin dan mengurangi risiko komplikasi. Program penurunan berat badan yang aman melibatkan pengurangan kalori, diet sehat, dan olahraga teratur.
5. Berhenti Merokok dan Mengurangi Konsumsi Alkohol
– Merokok memperburuk resistensi insulin dan meningkatkan risiko penyakit jantung serta gangguan pembuluh darah lainnya. Berhenti merokok sangat disarankan untuk mengurangi risiko komplikasi kardiovaskular pada pasien diabetes.
– Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat menyebabkan lonjakan gula darah yang tidak stabil dan memperburuk kontrol diabetes. Batasi atau hindari konsumsi alkohol sesuai dengan anjuran dokter.
6. Mengelola Stres
Stres yang tidak dikelola dengan baik dapat meningkatkan kadar gula darah. Oleh karena itu, penting untuk melakukan teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, atau latihan pernapasan untuk mengurangi stres.
7. Vaksinasi
Pasien diabetes lebih rentan terhadap infeksi. Oleh karena itu, vaksinasi seperti vaksin influenza, pneumonia, dan hepatitis B direkomendasikan untuk mengurangi risiko infeksi yang bisa memperburuk kondisi diabetes.
Penanganan Diabetes Secara Non-Farmakologis
Pendekatan non-farmakologis untuk penanganan diabetes bertujuan mengelola gula darah tanpa menggunakan obat-obatan. Langkah-langkah ini penting untuk diterapkan oleh semua pasien diabetes, baik yang menggunakan obat maupun yang tidak, karena mereka dapat meningkatkan efektivitas pengobatan farmakologis dan mengurangi risiko komplikasi.
1. Pengaturan Pola Makan
Mengatur pola makan adalah aspek terpenting dalam pengelolaan diabetes. Berikut adalah panduan pola makan yang direkomendasikan:
– Diet Seimbang: Penderita diabetes dianjurkan untuk mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang, yang mencakup karbohidrat kompleks, protein, lemak sehat, serta serat dari sayuran dan buah-buahan. Karbohidrat sederhana seperti gula dan makanan olahan sebaiknya dihindari.
– Indeks Glikemik Rendah: Pilihan makanan dengan indeks glikemik rendah, seperti biji-bijian utuh, kacang-kacangan, dan sayuran, dapat membantu mengontrol kadar gula darah.
– Porsi Makan Teratur: Mengonsumsi makanan dalam porsi kecil tetapi sering dapat mencegah fluktuasi gula darah yang drastis.
– Kendalikan Asupan Lemak dan Garam: Asupan lemak jenuh dan trans, serta garam, harus dibatasi untuk mengurangi risiko komplikasi kardiovaskular.
2. Aktivitas Fisik Teratur
Olahraga teratur membantu meningkatkan sensitivitas tubuh terhadap insulin dan menjaga kadar gula darah tetap stabil. Jenis olahraga yang dianjurkan termasuk:
– Latihan Aerobik: Berjalan, berlari, berenang, atau bersepeda setidaknya 30 menit sehari, 5 kali seminggu, sangat dianjurkan.
– Latihan Kekuatan: Melatih otot melalui angkat beban atau latihan resistensi 2–3 kali seminggu dapat membantu mengontrol gula darah dan memperbaiki massa otot.
– Aktivitas Harian: Mengurangi waktu duduk dan melakukan aktivitas ringan seperti berjalan atau peregangan setiap 30 menit.
3. Penurunan Berat Badan
Bagi pasien diabetes tipe 2 yang mengalami kelebihan berat badan atau obesitas, penurunan berat badan sekitar 5–10% dari berat badan awal dapat meningkatkan kontrol gula darah dan menurunkan risiko komplikasi. Penurunan berat badan dilakukan dengan mengatur pola makan dan meningkatkan aktivitas fisik.
4. Manajemen Stres
Stres yang tidak terkelola dengan baik dapat meningkatkan kadar gula darah karena pelepasan hormon stres seperti kortisol, adrenalin, dan norepinefrin. Teknik-teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, dan latihan pernapasan dalam sangat dianjurkan bagi pasien diabetes untuk menjaga keseimbangan emosional dan fisiologis.
5. Berhenti Merokok dan Batasi Alkohol
Merokok dapat memperparah resistensi insulin dan meningkatkan risiko komplikasi kardiovaskular. Penderita diabetes sangat dianjurkan untuk berhenti merokok. Konsumsi alkohol juga perlu dibatasi karena dapat mengganggu pengendalian gula darah dan meningkatkan risiko hipoglikemia.

Penanganan Diabetes Secara Farmakologis
Jika intervensi non-farmakologis tidak cukup untuk mengontrol gula darah, intervensi farmakologis diperlukan. Tujuan dari terapi farmakologis adalah untuk menurunkan kadar gula darah hingga mendekati normal dan mencegah komplikasi diabetes.
1. Insulin
Pada pasien diabetes tipe 1, insulin adalah terapi utama yang tidak bisa dihindari karena tubuh tidak memproduksi insulin sama sekali. Pada pasien diabetes tipe 2, insulin digunakan jika terapi obat oral tidak lagi efektif. Jenis insulin meliputi:
– Insulin Kerja Cepat: Digunakan sebelum makan untuk mengontrol lonjakan gula darah setelah makan.
– Insulin Kerja Sedang dan Panjang: Digunakan untuk mengontrol kadar gula darah sepanjang hari atau semalaman.
Regimen insulin harus disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing pasien dan dipantau secara berkala.
2. Obat Hipoglikemik Oral
Pada pasien diabetes tipe 2, obat oral sering digunakan sebagai terapi lini pertama. Beberapa kelompok obat hipoglikemik yang umum digunakan adalah:
– Biguanida (Metformin): Metformin adalah obat yang paling umum diresepkan untuk diabetes tipe 2. Obat ini bekerja dengan menurunkan produksi glukosa oleh hati dan meningkatkan sensitivitas insulin. Metformin sering menjadi terapi lini pertama karena efektivitasnya yang tinggi dan risiko hipoglikemia yang rendah.
– Sulfonilurea: Obat ini merangsang pankreas untuk memproduksi lebih banyak insulin. Contoh sulfonilurea termasuk glibenklamid dan glimepirid. Namun, obat ini dapat menyebabkan hipoglikemia jika tidak digunakan dengan hati-hati.
– Inhibitor DPP-4 (Dipeptidyl Peptidase-4): Obat ini meningkatkan kadar hormon inkretin yang merangsang pelepasan insulin dan menurunkan produksi glukosa. Contohnya adalah sitagliptin dan vildagliptin.
– Inhibitor SGLT-2 (Sodium-Glucose Cotransporter-2): Obat ini bekerja dengan mencegah penyerapan kembali glukosa di ginjal sehingga glukosa dikeluarkan melalui urine. Contoh obat ini termasuk dapagliflozin dan empagliflozin. Obat ini juga diketahui memiliki manfaat kardiovaskular.
– Agonis GLP-1 (Glucagon-like Peptide-1): Obat ini meniru kerja hormon inkretin yang merangsang pelepasan insulin saat gula darah meningkat. Contohnya adalah liraglutid dan dulaglutid.
3. Kombinasi Obat
Dalam beberapa kasus, satu jenis obat mungkin tidak cukup untuk mengendalikan gula darah. Kombinasi beberapa obat hipoglikemik oral atau kombinasi insulin dan obat oral mungkin diperlukan untuk mencapai target kontrol gula darah.
4. Terapi Baru
Seiring perkembangan teknologi medis, terapi baru untuk diabetes terus dikembangkan. Beberapa terapi inovatif termasuk penggunaan sel punca untuk meregenerasi sel beta pankreas, transplantasi pankreas, dan penggunaan perangkat monitoring glukosa berkelanjutan (CGM) yang terhubung dengan pompa insulin otomatis untuk mengontrol gula darah secara real-time.
Kesimpulan
Diabetes mellitus adalah penyakit kronis yang memerlukan pengelolaan jangka panjang melalui perubahan gaya hidup dan, dalam banyak kasus, intervensi medis. Pengendalian kadar gula darah melalui diet sehat, aktivitas fisik, dan obat-obatan sangat penting untuk mencegah komplikasi serius yang bisa memengaruhi kualitas hidup. Deteksi dini, edukasi kesehatan, dan dukungan berkelanjutan bagi pasien diabetes sangat dibutuhkan untuk mengurangi beban penyakit ini di Indonesia.
Pencegahan komplikasi diabetes mellitus memerlukan upaya terkoordinasi yang mencakup pengendalian gula darah, tekanan darah, kolesterol, dan menjaga gaya hidup sehat. Dengan pengelolaan yang baik dan pemeriksaan kesehatan rutin, risiko komplikasi seperti penyakit jantung, gagal ginjal, retinopati, dan neuropati dapat dikurangi secara signifikan.
Penanganan diabetes membutuhkan pendekatan multifaktorial yang mencakup perubahan gaya hidup (non-farmakologis) dan penggunaan obat-obatan (farmakologis) untuk menjaga kadar gula darah dalam batas normal dan mencegah komplikasi. Langkah-langkah non-farmakologis seperti pengaturan pola makan, olahraga, dan manajemen stres sangat penting sebagai dasar pengelolaan diabetes. Sementara itu, obat-obatan baik dalam bentuk insulin maupun obat oral memainkan peran penting bagi pasien yang tidak dapat mengendalikan gula darah hanya dengan perubahan gaya hidup. Kolaborasi yang baik antara pasien dan tenaga medis dalam memilih terapi yang tepat sangat diperlukan untuk mencapai hasil optimal dalam pengelolaan diabetes.
Referensi:
1. American Diabetes Association. 2020. Standards of Medical Care in Diabetes—2020. *Diabetes Care* 43(Suppl. 1): S1–S212.
2. International Diabetes Federation. IDF Diabetes Atlas 9th Edition 2019.
3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018.
4. Powers, A.C. 2020. Diabetes Mellitus: Diagnosis, Classification, and Pathophysiology. In *Harrison’s Principles of Internal Medicine*, 20th Edition.